Minggu, 28 Juli 2019

Believe

Ada aku yang dengan bodohnya mudah percaya
Ada aku yang penuh sesal tak pernah mempercayai sebelumnya

Tak bisa disangkal, butuh kepercayaan
Antara aku dan Tuhanku
Antara aku dan manusia
Tak pernah terpikirkan, butuh kepercayaan
Antara aku dan tumbuhan disekelilingku
Antara aku dan hewan disekitarku
Tak aku sangka, butuh kepercayaan
Antara aku dan elemen yang menaungiku
Tak pernah aku sadari, butuh kepercayaan
Antara aku dan diriku

Sabtu, 27 Juli 2019

Hwayugi [2017]

Dia yang bernama Ji Seon Mi mendapat kutukan dan mukjizat untuk memiliki dan dimiliki dewa agung (Hwayugi, 2017). Jika dewa agung adalah surga, artinya Ji Seon Mi telah mengecap rasa surga disini, di bumi.

Dari yang aku pelajari, Salah satu surga di bumi untuk manusia adalah rasa cinta. Setiap orang yang mencintai makhluk seakan mendapat anugerah 'dewa agung'-nya masing masing. Memiliki surga mereka masing masing. Padahal kesenangan surga adalah kenikmatan tanpa jeda, tanpa akhir. Memikat setiap orang tanpa henti. Memeluk sangat kuat hingga sulit untuk mampu melepaskan diri. Kenikmatan sang pecandu usai meneguk morfinnya. Sangat melegakan.

Berita buruk untuk para manusia yang terpikat dengan surga ini :
Cinta manusia tak sejatinya keseluruhan ditakdirkan untuk makhluk. Tapi manusia terlanjur memberikan seluruhnya pada makhluk itu.
Aku malu pada Tuhanku atas diri manusia ku yang selalu mencipta dosa ini.

Kamis, 06 Juni 2019

[FOLKTALE] kisah Langit



Biru langit menjadi lebih pekat. Cahaya yang menyorot-nya memilih menghindar perlahan. Saat biru langit sudah tak ada lagi, warna antagonis-nya berpindah peran. Menghitam, gelap, kosong tanpa batas.
Kemudian bintik-bintik kecil mulai muncul pada-nya. Dengan ribuan kedipan cahaya tersebar merata di seluruh bagian-nya. Bintik-bintik kecil seakan ingin membantu langit mengembalikan warna biru-nya.
Mereka adalah para bintang. Tak puas dengan bintik-bintik cahaya bintang, langit meminta bantuan pada pembawa cahaya yang lebih terang. Cahaya bulat tanpa cela. Bulan. Cahaya bulan menyinari langit lebih baik dari kedipan para bintang. Tapi, kehadiran mereka masih saja tak mampu membawa kembali biru langit.
Keramaian manusia yang terus berdengung dibawah biru langit pada akhirnya menghilang. Ini artinya, batas kesabaran waktu tunggu manusia mencapai klimaks. Manusia lelah menunggu kembalinya biru langit memilih masuk ke rumah-rumah mereka. Bersembunyi di dalamnya. Meringkuk diatas dipan kayu, dibawah selimut kapas. Hewan yang juga berharap pada biru langit berganti tugas dengan rekan mereka, para nokturnal.
Langit yang ditinggal sendiri samar-samar dilanda kesepian. Semangat untuk mencari cahaya yang lebih besar pelan-pelan memudar. Langit berputus asa mencari warna biru-nya. Memutuskan hanya ingin menunggu saja.
Tak tahu telah berapa lama langit terjaga sendiri, bertahan menunggu biru langit milik-nya kembali, dari ujung jangkauan langit muncul semburat kuning. terus merayap, mendekat, melebarkan kekuasaannya. Cahaya itu membawa biru langit di belakang pijakannya. Tak lupa langit bertanya pada cahaya yang sangat besar itu, agar kelak langit tak perlu menunggunya lagi. “Perkenalkan, cahaya matahari” katanya. Langit sangat bahagia waktu itu. dia telah pantas disebut biru langit.
Namun, Kebahagiaan biru langit nyatanya hanya semu. Cahaya matahari berlalu. Langit tak mampu menahan kehadirannya untuk tetap disitu, didekat-nya, menjadi cahaya-nya. Kegelapan kembali lagi. Kini hanya hamparan langit hitam yang mampu tersaji untuk penghuni bumi. Para bintang bersembunyi sebab malu karena tak mampu membantu. Begitu juga bulan.
Ternyata hitam dan biru langit selalu datang dan pergi. Saling bertukar posisi bilamana datang giliran masing-masing. Saling terkait, menjadi sebuah siklus. Tak menghiraukan langit yang masih saja menolak menerima hukum alam. Siklus gelap dan terang terus berlanjut. Manusia memberinya nama pagi dan petang, Siang dan malam. Langit malam. Itu nama barunya. Langit mematri nama itu dimemorinya. langit belajar untuk mulai menyukainya.
Ada masa Langit masih saja menderita kesepian dalam gelap. Langit masih merindukan warna biru.
***
Andaikan aku mampu memberitahu langit jika aku menyukai gelapnya. Menyukai malamnya. Menyukai sunyi yang dibawanya. Mengatakan pada langit malam bahwa aku memilihnya. Mengatakan bahwa ada yang menemaninya dalam gelap. Mungkin langit akan menyukai malam seperti dia menyukai biru langit. tak perlu menghawatirkan kesendirian.
Berbeda dengan biru langit. aku menyukai malam. Malam memberiku kesempatan untuk megenal diriku lebih dalam. Malam menyelamatkanku dari kebisingan dunia yang terlalu nyata.  Malam memelukku agar aku lebih tenang menghadapi arus pasang surut menjadi manusia. Malam membuatku menikmati diriku sendiri, memberi ruang kebebasan untukku sendiri. Malam mengijinkanku untuk bermimpi. Malam menghapus ketakutanku untuk hidup.
Langit, aku harap kau memberi ku kegelapan yang lebih panjang untuk malam ini.



Sabtu, 09 Maret 2019

[FOLKTALE] Maali

Namanya Maali. Dia merasa sangat bahagia ketika menatap padang rumput di depannya. Padang rumput hijau di bawah langit biru bersih. Awan putih bersinar seperti gulungan bantal kapas. Matahari pun bersinar sebening kristal, memberi warna pada pohon, rumput, bunga, tupai bahkan serangga di bawah semak pun dapat terlihat, sebab sinarnya menyebar ke seluruh penjuru tanpa pilih kasih.

Angin musim panas menyusup ke sela-sela rambut abu Maali dan menghambur menutup wajahnya tak membuat rasa bahagia Maali tergantikan. Semilir hangat yang dibawa angin menyesap ke seluruh permukaan kulit Maali. Hatinya terasa damai dan tenang, tidak ingin keindahan di depannya sirna.

Indah, tenang. Rasa syukur atas segala objek yang ditangkap matanya terlalu sempurna.

Satu hari, dua minggu, tiga bulan, empat tahun berlalu... Rasa bahagia Maali masih tetap bertahan. Negerinya yang masih sama membuatnya bahagia.
Namun satu perasaan lain telah tumbuh dalam dirinya. Sebuah rasa yang sangat berbeda dengan bahagia-nya selama ini. Rasa itu hampa, dingin, gelap dan lembab. Rasa itu membuatnya lelah. Terkadang. Karena rasa itu tak selalu muncul ke permukaan dirinya.
Rasa itu mampu menghancurkan angan-angan kebahagiaan dan ketenangan Maali sekali usap.
Walaupun tak hancur seluruhnya, tapi untuk membangun rasa bahagia-nya, kemudian dihancurkan dalam satu usapan, dia bangun kembali dan dihancurkan, membuat Maali kelelahan.
Dunia Maali yang bahagia sekarang tak lagi sama.

Sebuah rasa yang Maali rasakan di negerinya adalah rasa yang manusia rasakan oleh sepi, sebab ketenangan yang terlalu sunyi, ketenangan karena hanya seorang diri, dan kehancuran rasa akan bayangan kebahagiaan tak tergapai- rindu.

Selasa, 24 April 2018

Raga-nya adalah Kotak Besi Kosong

Ketika seseorang menyukai sesuatu. Sangat menyukainya. Sangat sangat menyukai nya. Rasa suka yang sangat dalam. 

Jika hati bisa bicara, dia pun akan mengakui, dia juga mampu merasakan rasa suka—pemilik nya itu. Atau lebih mudah kau bisa menyebut : seseorang itu sedang mencintai sesuatu. Entah sesuatu itu adalah sebuah benda, seseorang, kejadian, atau hal-hal lain hingga sulit untuk bisa dikategorikan apakah itu termasuk kata ganti verb/adverb/noun/adjective. 

Nantinya, seseorang itu pasti akan merasakan suatu keinginan. Untuk memiliki itu—sumber rasa cinta nya, menjadi bagian dari itu, menyerupai itu hingga merubah dirinya menjadi itu. Keinginan yang sangat akan sesuatu ini tumbuh semakin kuat, akhirnya berubah nama menjadi gairah. Gairah yang menciptakan mimpi dan tujuan. Gairah yang melahirkan usaha untuk mencapai nya. Tidak hanya sekedar usaha tapi kerja keras.

Di mataku, seseorang dengan rasa cinta yang amat sangat tersebut adalah orang-orang lemah. Hanya karena rasa cinta, otak dan hatinya mudah terpengaruhi. Jiwa nya sangat rapuh karena yang menjadi pengendali akan dirinya telah terisi penuh oleh perasaan cinta. Rasa cinta mereka membuat segalanya timbul berlebih. Kesenangan mereka menjadi kebahagiaan. Kesedihannya menjadi kehancuran untuk dirinya sendiri. Mereka tak terkendali. Seperti benang, mereka adalah sehelai benang yang terombang-ambing, terbawa pengaruh angin yang datang dari berbagai arah.

Menurutku, mereka adalah orang-orang remeh. Benar, aku menganggap remeh seseorang yang dengan mudahnya mencintai akan sesuatu. Tidak hanya berfokus hanya pada satu. Tapi, karena rasa cinta nya terlalu banyak,  meluap dan berceceran pada berbagai hal. 

Sebagai contoh. Seorang perempuan yang sedang jatuh cinta pada laki laki. Atau sebaliknya. Seorang sedang jatuh cinta seperti cerita dalam film, drama atau novel romantis. Seorang sedang jatuh cinta diceritakan dapat merubah apapun seperti yang dia kehendaki hanya karena ada rasa cinta dalam dirinya. Boom. Berubah, seperti sihir.  Hah, tak masuk akal akan terjadi di dunia nyata. Lagipula jika ada jenis orang-orang seperti itu di dunia nyata, mereka hanya membuang energi, pikiran, materi. Rasa cinta yang lain, seorang remaja dan idolanya. Rasa suka remaja itu bahkan tidak hanya sekedar mengidolakan. Dia mencintainya. Fans sejati. Sudah tahu apa saja kan yang akan dilakukan seorang fans sejati demi idolanya? Apapun. 

Mereka mengorbankan apapun entah itu akan merugikan atau menguntungkan. Sumber kepuasan-ketidakpuasan mereka sebenarnya terlalu sederhana. Tapi dalam dirinya terjadi gelombang tsunami perasaan yang sangat besar.

Aku sadar— beberapa waktu lalu, ternyata pikiran ku sebelumnya yang telah meremehkan tersebut salah. Aku melupakan satu hal yang sangat penting : rasa cinta telah melepaskan neurotransmiter dopamin di otak. Memberi kesenangan dan perasaan bahagia. Membangkitkan gairah motivasi yang besar untuk mencapai tujuan yang menjadi kesenangnnya. Ke-luar biasa-an yang tak bisa di sangkal.

Tapi gadis itu, ada keganjilan pada nya setelah dalam waku yang cukup lama kita dekat. Tidak ada cinta dalam dirinya. Tidak ada gairah besar muncul dalam dirinya. Jika aku menanyakan padanya apa keinginannya, keinginan yang benar-benar dia inginkan, dia terdiam dan berpikir. Cukup lama. Tapi jawaban akhirnya hanyalah aku tidak tahu. Sebenarnya, apa dia pikirkan sejak tadi? Apa yang sedang dia berusaha gali dalam pikirannya? Bukankah itu aneh? Pertanyaanku sangat sederhana kan? Tapi dia tidak menghasilkan apapun. Selain jawaban tak berguna itu, di lain waktu dia tak butuh berpikir lama untuk menjawabku, jawaban yang muncul adalah pengalihan perhatian dari pertanyaanku. Gadis itu lari. Sebenarnya dia melarikan diri dari apa? Dia menutup rapat sesuatu. 

Aku tidak tahu atas dasar apa dia bersikap seperti itu hingga suatu hari ketika aku tersadar akan hal yang selama ini aku remehkan, aku anggap rendah dan enteng : Tentang rasa cinta yang menjadi kodrat pada diri tiap manusia. Seperti yang aku bilang tadi, gadis itu tidak memiliki rasa cinta. Gadis melarikan diri karena dia berusaha menutupi, gadis itu memadamkan rasa cinta yang timbul dalam dirinya. Rasa cinta yang gadis itu telah dia padamkan, menjalar seperti konsleting. Bagian-bagian lain perasaan dirinya ikut padam, rusak, mati. 

Gadis itu mengingatkan ku pada robot yang berusaha manusia ciptakan. Manusia mengisi otak dan kecerdasan robot buatannya dengan berbagai hal menakjubkan. Tapi robot tetaplah robot. Robot hanya mampu melakukan berbagai hal yang telah di program padanya. Manusia tidak bisa menciptakan perasaan dalam robot-robot mereka. Terkuburnya rasa cinta, gadis itu menjadi kuat, tapi bagian dari diri gadis itu telah mengeras dan dingin seperti bongkahan kaleng dan besi yang sewajarnya robot miliki. Kuat tapi kosong. Brilian tapi kosong. Apapun yang membuat gadis itu menakjubkan, sejatinya, ruang hampa udara dalam dirinya tetap abadi.

Orang-orang mengatakan, mereka iri dengan kekuatan gadis itu. Mereka iri dengan ketenangan hidup gadis itu. Hidup gadis itu bagai lautan tanpa ombak, sungai tanpa arus, tiupan lembut angin tanpa menggerakkan satu helai daun pun. Damai. Hanya butuh menghirup napas dan tersenyum tiap kali gadis itu membuka mata. Itu yang orang-orang lihat pada gadis itu. Tanpa mereka ketahui, sepi- hampa- bingung- bosan adalah rasa yang tiap kali bergejolak dalam diri gadis itu. Dia lupa kapan terakir kali dilanda kesedihan yang amat sangat atau kesenangan yang meluap-luap. Untuk mengulangi perasaan-perasaan itu, gadis itu juga tak tahu bagaimana untuk memulainya. 

Disaat gadis itu harus menentukan untuk apa dirinya sebenarnya, disaat perasaannya yang telah dia kubur harus digali, beserta perasaan-perasaan lain miliknya yang tanpa sengaja juga ikut terkubur harus juga di bangkitkan, sayangnya hanya rasa putus asa yang mampu gadis itu peroleh. Perasaanya telanjur menghilang. Perasaannya terlanjur melupakan arah jalan pulangnya. Sekarang, cara yang tersisa : gadis itu dan kesungguhannya yang harus mencari perasaan-persaan nya sendiri. 

Sebenarnya ada jalan pintas yang bisa menjadi sumbu untuk api kesungguhan yang gadis itu nyalakan. Rasa yang harus gadis itu bangkitkan pertama kali adalah rasa yang pernah dia kubur pertama kali, 
— rasa cinta nya.

Yang jadi masalah, bagaimana aku memberitahu diriku tentang ini?